
Pada jaman dahulu kala tersebutlah pemuda
bernama Juraij. Dia sangat rajin dan tekun beribadah. Hari-harinya dihabiskan untuk berdzikir pada Alloh dan mengerjakan
sholat-sholat sunah. Hal itu selalu dilakukannya di sebuah mushola yang berada
di samping rumahnya.
JURAIJ hidup
bersama ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan, dan selalu memerlukan bantuan
Juraij bila akan melakukan sesuatu
Sore itu ibu juraij sedang duduk di serambi.
“Juraij… Tolong
ambilkan selimut, Ibu merasa kedinginan nak…”
“Baik bu…”
Juraij menyelimuti ibunya
“Juraij, kamu jangan jauh-jauh dari ibu, ibumu sekarang sering merasa tidak
enak badan…”
“Aku tidak kemana-mana bu, paling-paling aku ada di mushola sebelah, dan bila
ibu memanggilku, pasti aku mendengarnya.
Pada suatu pagi Juraij sedang melaksanakan sholat sunnah, tiba-tiba ibunya
menggigil kedinginan dan memanggil nya. Juraij termenung dalam sholatnya.
“Waduh…Ibu memanggilku padahal aku sedang sholat, bagaimana ya…ah nanti sajalah
setelah sholat selesai aku akan mendatangi panggilan ibu.”
Setelah selesai sholat Juraij menunggu panggilan ibunya. Setelah beberapa saat
tidak ada suara panggilan lagi ia niat melanjutkan sholatnya. Namun di
pertengahan sholatnya, kembali ibunya memanggil. Lagi-lagi Juraij kebingungan
dalam menentukan mana yang lebih didahulukan, sholatnya atau ibunya. Rupanya
Juraij lebih memilih sholat sunnahnya daripada mendatangi panggilan ibunya,
dengan pertimbangan setelah sholatnya selesai ia akan mendatangi ibunya.
Setelah sholat Juraij tidak segera mendatangi ibunya, tetapi diam menunggu
panggilan ibunya. Setelah beberapa saat ternyata tidak ada panggilan, Juraij
memutuskan untuk kembali meneruskan sholat, ia beranggapan bahwa mungkin ibunya
sudah tidur dan tidak memerlukannya lagi. Namun anggapan itu ternyata salah,
karena dipertengahan sholat ibunya kembali memanggil.
“Juraij…kalau kau mendengar panggilan ibumu kemarilah …!
“Bagaimana ya? Sholatku apa ibuku….Ah nanti sajalah. Aku selesaikan sholat
dulu…”
Karena Juraij tidak segera datang, maka ibunya berusaha sendiri meraih selimut
yang berada di atas meja samping tempat tidur. Tapi apa yang terjadi ibu Juraij
terpeleset dan jatuh tersungkur. Ibu Juraij mengerang kesakitan, tapi Juraij
juga tak kunjung datang menolong. Maka ibu Juraij sangat sangat sakit hati pada
Juraij, sudah dipanggil tiga kali tidak mau datang bahkan sekarang ibunya
terjatuh. Lalu sang ibu berdoa, “Ya Alloh, janganlah Engkau matikan anakku
sebelum ia dipemalukan oleh seorang pelacur”
Beberapa saat berselang setelah ibunya mengutuk Juraij, datanglah
seorang pengembala kambing menemui Juraij.
“Wahai Juraij, seperti biasanya aku ingin numpang bermalam di rumahmu, sebab
aku nanti akan kemalaman bila memaksakan diri pulang ke desaku”
Juraij mempersilahkan tamunya untuk menempati kamar yang masih kosong.
Tetapi tak lama kemudian datang seorang wanita cantik.
“Permisi….apakah anda yang bernama tuan Juraij?”
“Betul…, adakah yang bisa saya bantu?”
“Tuan Juraij, maukah anda menemaniku tidur
semalam saja”
Bagaikan disambar petir, Juraij sangat
terkejut mendengar ucapat wanita itu.
“Siapa kamu sebenarnya dan mengapa
sampai kamu mengatakan hal ini kepadaku”
“Aku seorang pelacur. Menurut seorang
ahli nujum, aku akan memperoleh ketenaran bila aku digauli oleh seorang
ulama’.”
“N a’u d z u b
i l l a h i m i n d z a l i k...! Hai perempuan kotor! Pergilah dari
hadapanku sekarang juga!’
“Baiklah aku akan pergi, tetapi sekarang malam telah larut, sedangkan rumahku
jauh, bolehkah aku bermalam di rumahmu?”
“Boleh saja, di sebelah rumahku tersedia kamar-kamar untuk musafir, kamu dapat
menempatinya, tapi jangan sekali-kali mengganggu aku, dan yang lebih penting
besok pagi-pagi kamu harus sudah pergi dari sini”.
Dengan perasan kecewa dan sakit hati pergilah wanita itu ke kamar yang telah
ditunjukkan oleh Juraij. Wanta itu bertemu dengan pengembala yang sedang
berdiri di depan kamarnya. Pengembala terpesona melihat kecantikan wanita itu. (Ck..ck..ck ada perempuan cantik mau nginap di
sini juga rupanya).
“Apakah tuan juga akan bermalam di
sini?’ tanya wanita itu membuyarkan lamunan pengembala.
“I…ya..”jawab pengembala gugup.
“Tuan..Saya ini penakut, bolehkah saya
tidur di kamar tuan…”
Pucuk dicinta ulampun tiba, akhirnya
malam itu pengembala yang kebetulan rendah imannya mendapatkan apa yang
diinginkannya dari wanita itu. Terjadilah perbuatan nista, yang sangat dimurkai
Alloh antara pengembala dengan wanita pelacur.
Waktu bergulir sekian lamanya, Juraij
tetap mengisi hari-harinya penuh dengan kegiatan ibadah, sehingga sering
melalaikan kewajibannya untuk berbakti pada ibunya yang sangat memerlukan
bantuannya. Begitu pula dengan wanita yang pernah singgah di rumah Juraij,
beberapa waktu setelah berzina dengan pengembala, dia hamil dan membiarkan
kandungannya kian membesar. Dia berniat
kelak bayi yang dikandungnya dapat membalas sakit hatinya pada Juraij.
Saatnya telah tiba, nampak dikejauhan seorang wanita menggendong bayi masuk
desanya Juraij. Dia bercerita pada setiap orang yang dijumpainya bahwa bayi
yang digendongnya itu adalah hasil hubungan gelap dia dengan Juraij, sekarang
dia hendak meminta pertanggungjawaban pada Juriaj. Penduduk desa menjadi gempar
sebab diantara mereka ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Namun karena
kelihaian wanita itu memainkan kata-kata, hampir seluruh penduduk desa
mempercayainya.
Maka berbondong-bondonglah orang-orang menuju rumah Juraij.
“Ayo kita hancurkan mushola Juraij yang ternyata selama ini adalah kedok
kemaksiatannya!”
“Kalau perlu kita hajar dia!”
“Selama ini kita telah ditipu
olehnya!”
Ketika sampai di rumah Juraij mereka
mendapati Juraij sedang sholat di musholanya. Mereka langsung menyeret Juraij
keluar dari mushola. Sebagian dari mereka memukuli Juraij.
“Rasakan ini pezina!....Rasakan ini
penipu!...”
Sebagian lagi beramai-ramai merobohkan
mushola Juraij hingga rata dengan tanah. Ditengah pukulan dan makian yang
bertubi-tubi Juraij menjaga kesadarannya.
“Tunggu dulu!.... Tunggu
dulu!..... Sabarlah wahai saudaraku… Apa yang terjadi denganku sehingga
kalian memperlakukan aku seperti ini?”
“Hai Juraij! Percuma saja kau sholat!
Selama ini ternyata kau telah menipu kami! Mushola yang kau bangun dan kebaikan
yang kamu perbuat hanyalah sebagai kedok dari kebejatan akhlaqmu! Kamu telah
berbuat zina!”.
“Adakah yang menjadi saksi dari
perbuatanku?”
Datanglah
seorang laki-laki dengan membawa bayi.
“Inilah buktinya! Bayi ini adalah hasil perbuatan bejat kamu dengan seorang
wanita yang setahun lalu menginap di rumahmu karena kemalaman di tengah jalan. Baru saja wanita itu datang kemari membawa
batin ini…!
“Masya Alloh… Saudara-saudaraku,
dapatkah kalian bersabar sejenak, aku akan sholat dan akan membuktikan siapa
sebenarnya ayah dari bayi ini”.
Mereka lalu
membiarkan Juraij mengerjakan sholat. Setelah selesai sholat Juraij berdoa
mohon petunjuk kepada Alloh, lalu ia mendekati bayi itu dan memegang kepala dan
perut serta bertanya,
“Wahai bayi… siapakah ayahmu sebenarnya?”
Dengan kuasa
Alloh bayi itu menjawab, “Ayahku adalah seorang pengembala kambing yang setahun
lalu bermalam di rumah tuan Juraij…”
Maka orang-orang terjekut melihat kejadian itu. Perasaan mereka tak karuan,
antara heran dan bingung melihat bayi bisa ngomong dan melihat perbuatan mereka
yang telah menganiaya seorang ulama’ ahli ibadah.
Ditengah kegaduan itu tiba-tiba muncul ibu Juraij menghampirinya.
“Wahai Juriaj… Tidakkah kau ingat ketika ibu memanggilmu sampai tiga kali kau
tidak mendatangi panggilan ibumu bahkan menjawab pun tidak. Saat itulah ibu
sangat marah kepadamu karena kau lebih mementingkan sholat sunnahmu daripada
kewajibanmu berbakti kepada orang tua. Saat itu ibu menyumpahimu…. Apa yang
baru saja terjadi menimpamu adalah akibat sumpah dan kutukan ibu…. Maafkan
ibumu…nak…”
Serta merta Juraij bersimpuh di kaki ibunya, air matanya
berlinang……
“Ibu… maafkan anakmu… bu… Aku berjanji tidak akan mengecewakan ibu lagi…”
Setelah mengetahui permasalahannya maka menyesallah orang-orang yang telah
menganiaya Juraij dan merobohkan musholahnya.
“Jauraij kami minta maaf atas perbuatan kami. Karena musholahmu telah kami
hancurkan, maka kami sanggup membangun untukmu mushola yang terbuat dari
emas…Kami sangat menyesali perbuatan kami yang mudah terhasut dan terprovokasi
oleh orang yang menginginkan kerusakan di muka bumi ini”
“Ya…aku mengerti…Namun kalian tidak perlu membangun mushola dari emas
untukku…Kembalikan saja musholaku seperti semula”
Dalam waktu singkat berdirilah
mushola yang cukup megah dan indah. Juraij kembali tekun beribadah dan semakin
berbakti kepada ibunya. Selain itu juga banyak masyarakat yang ikut ngaji
padanya.
1 comments:
wah keren tampilannya
Post a Comment